METRO – Di antara jalan-jalan Kota Metro yang ramai, nama IPTU Rosali melambung seperti embun pagi yang menyejukkan hati. Di balik seragam yang tegas, ia adalah sosok yang membuktikan bahwa kekuatan hukum dapat bersanding erat dengan kelembutan nurani.

Sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro, Polda Lampung, IPTU Rosali tak hanya sekadar menjalankan tugas. Ia adalah sebuah simbol: harapan bagi korban, inspirasi bagi muda-mudi, dan pelindung bagi masyarakat yang haus akan keadilan.

Keberhasilannya dalam mengungkap berbagai kasus kriminal – dari pencurian, penipuan, hingga korupsi – bak untaian cerita kemenangan melawan bayang-bayang kejahatan. Namun, di balik setiap kemenangan itu, ia tak pernah melupakan sisi manusiawi. Dengan ketegasan yang berpadu kasih, Rosali selalu mengedepankan pendekatan humanis.

"Setiap kasus adalah sebuah kisah perjuangan, bukan hanya bagi kami sebagai aparat, tetapi juga bagi mereka yang terjebak dalam lingkaran kejahatan," kata Rosali, tatkala mengenang perjalanan panjangnya dalam dunia hukum, Senin (9/12/2024).

Sebagai pemimpin, Rosali dikenal tak hanya memberi perintah dari belakang meja. Ia turun langsung ke lapangan, mendampingi timnya, memastikan setiap langkah diambil dengan cermat dan hati-hati. Kepemimpinannya menjadi teladan bagi anggota, bahwa pengabdian sejati lahir dari keteladanan.

Keberhasilannya memimpin membawa dampak signifikan. Di bawah kendalinya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Satreskrim Polres Metro melonjak. Kini, masyarakat tak lagi ragu melapor, yakin bahwa setiap kasus akan diproses dengan transparansi dan keseriusan.

Seperti yang disampaikan Rohman, seorang warga Metro yang pernah menjadi korban pencurian. "Dulu, saya ragu melapor. Tapi sekarang, di bawah Pak Rosali, kepercayaan itu kembali. Kami tahu, kasus kami tidak akan diabaikan."

Namun, Rosali tak hanya berhenti pada menyelesaikan kasus. Ia memahami bahwa di balik setiap angka statistik kejahatan, ada korban yang membutuhkan perhatian, baik secara hukum maupun psikologis. Ia menggandeng lembaga pendamping untuk membantu korban yang trauma, memberikan sentuhan empati yang jarang terlihat dalam penegakan hukum.

"Saya merasa dihargai sebagai manusia. Korban penipuan yang kini kembali menata hidupnya. Pak Rosali tidak hanya menangkap pelaku, tetapi juga memulihkan hati saya," tutur S.

Tak hanya dikenal sebagai penegak hukum, Rosali juga menjadi guru kehidupan bagi banyak orang. Dalam berbagai kesempatan, ia berbagi pandangannya tentang integritas dan empati.

"Menjadi polisi bukan hanya soal kekuatan, tetapi tentang melayani dengan hati dan menjaga kejujuran," ungkapnya.

Melalui dedikasi dan ketulusannya, IPTU Rosali tak hanya menjadikan Kota Metro lebih aman, tetapi juga lebih hidup. Ia adalah pahlawan tanpa jubah, penegak hukum dengan jiwa yang menginspirasi.

Semoga jejak langkah Rosali menjadi teladan, tidak hanya bagi aparat hukum di Metro, tetapi juga di seluruh negeri. Sebab, sebagaimana ia sendiri percaya, hukum tanpa hati adalah kekosongan, dan hati tanpa hukum adalah kelemahan. Dengan Rosali, keduanya menemukan harmoni yang indah. (Red)